
Kisah Perlawanan Kemanusiaan dalam Tales of Arise
Petualangan dan Perlawanan: Kisah Kemanusiaan dalam Tales of Arise
JRPG bukan sekadar genre—bagi banyak gamer, ia adalah ruang eksplorasi cerita, karakter, dan perjuangan hidup yang kompleks. Tales of Arise, rilisan Bandai Namco, membuktikan hal itu dengan sempurna. Dengan desain dunia yang indah, cerita emosional, dan gameplay yang solid, game ini menempatkan standar baru untuk genre JRPG modern.
Dunia yang Tertindas
Cerita dimulai dari dua dunia: Dahna dan Rena. Dahna telah dijajah selama 300 tahun oleh Rena, sebuah bangsa yang lebih maju dalam teknologi dan sihir. Penduduk Dahna hidup dalam kegelapan, diperbudak oleh bangsawan Renan yang kejam dan sistematis.
Pemain akan mengendalikan Alphen, seorang pria bertopeng dari Dahna yang kehilangan ingatan dan tidak bisa merasakan sakit. Keunikan ini bukan cuma gimmick—ia menciptakan lapisan moral dan emosional dalam permainan.
Kemudian muncul Shionne, wanita Renan yang membawa kutukan: siapa pun yang menyentuhnya akan merasakan rasa sakit yang parah akibat energi berduri yang menyelubungi tubuhnya. Pertemuan dua tokoh ini menjadi fondasi narasi: dua orang dari dua dunia yang bertentangan, dipaksa bekerja sama untuk membebaskan yang tertindas.
Karakter yang Tidak Hanya Ikut-Ikutan
Di sepanjang perjalanan, Alphen dan Shionne membentuk kelompok yang masing-masing memiliki alasan pribadi untuk bergabung.
-
Rinwell, seorang gadis muda dengan kekuatan sihir dan dendam terhadap Renan.
-
Law, seorang petarung tangan kosong dengan sejarah keluarga kelam.
-
Kisara, seorang prajurit tangguh yang memegang nilai disiplin dan keadilan.
-
Dohalim, bangsawan Renan yang memihak Dahna karena rasa bersalah atas sistem yang ia warisi.
Semua karakter ini tidak terasa seperti tempelan. Mereka berkembang seiring waktu, dan relasi mereka—baik konflik maupun kedekatan—terasa manusiawi dan realistis.
Sistem Pertarungan yang Hidup
Gameplay-nya cepat dan responsif. Sistem “Linear Motion Battle System” memungkinkan pemain untuk menyerang, menghindar, dan menggunakan “artes” (jurus khusus) dalam waktu nyata.
Yang membedakan Tales of Arise dari seri sebelumnya adalah sistem “Boost Attack” dan “Boost Strike”. Momen-momen saat dua karakter bergabung untuk mengeluarkan serangan gabungan bukan hanya efektif secara mekanis, tapi juga memanjakan mata dengan animasi yang memukau.
Pertarungan terasa seperti perpaduan antara aksi dan strategi. Kamu tidak hanya asal pukul, tapi juga perlu memperhatikan timing, komposisi tim, dan kapan memanfaatkan kemampuan spesifik karakter.
Dunia Visual yang Mengagumkan
Secara visual, game ini adalah karya seni. Dibuat dengan Unreal Engine 4, dunia dalam Tales of Arise seperti lukisan hidup. Setiap area punya identitas yang kuat—padang pasir Calaglia yang kering dan keras, pegunungan bersalju Cyslodia yang suram, hingga hutan tropis Elde Menancia yang subur.
Efek cahaya, desain karakter, dan detail lingkungan menjadikan setiap perjalanan di game ini memuaskan secara estetis. Bahkan dalam pertempuran, efek visual terasa ekspresif tanpa mengganggu fokus pemain.
Musik dan Cutscene Berkualitas Anime
Musik yang digubah oleh Motoi Sakuraba menambah kedalaman pengalaman. Lagu-lagu latar membangun atmosfer di setiap momen penting, dari pertarungan hingga perpisahan emosional.
Cutscene-nya? Ufotable—studio yang juga menggarap anime Demon Slayer—bertanggung jawab untuk bagian ini. Hasilnya, transisi antara gameplay dan sinematik berlangsung halus dan menambah daya tarik cerita.
Tema yang Menggigit
Tales of Arise tidak hanya berbicara tentang peperangan antar dunia, tapi juga soal struktur kekuasaan, kolonialisme, penindasan, dan perjuangan identitas.
Narasi ini terasa relevan karena mencerminkan dinamika dunia nyata: bagaimana kekuasaan bisa melahirkan ketidakadilan, dan bagaimana individu dari dua sisi konflik bisa membangun jembatan melalui empati dan kerja sama.
Ekspansi: Beyond the Dawn
Bandai Namco tidak berhenti di cerita utama. Melalui ekspansi Beyond the Dawn, mereka memperkenalkan Nazamil, seorang gadis berdarah campuran Dahna dan Rena. Kisahnya menggambarkan perjuangan anak yang tidak diterima di dua budaya—menyoroti pentingnya inklusivitas dalam masyarakat yang sedang berubah.
Ekspansi ini menambah konten gameplay, musuh baru, dan perkembangan cerita yang tetap terasa selaras dengan tema utama.
Prestasi dan Respon Positif
Di Metacritic, Tales of Arise mendapat skor 87 untuk versi PS5—angka yang solid untuk game RPG. Ia juga meraih penghargaan “Best RPG” di The Game Awards 2021.
Kritikus memuji cerita, visual, dan sistem pertarungannya. Pemain lama memuji bagaimana game ini berkembang dari seri sebelumnya, sementara pemain baru merasakan ini sebagai titik masuk yang sempurna ke dunia Tales.
Komunitas dan Nilai Tambah
Tak hanya di konsol, komunitas gamer yang membahas Tales of Arise juga aktif di berbagai forum, termasuk blog independen dan komunitas alternatif yang menyentuh ranah di luar gaming. Salah satu rekomendasi bacaan menarik bisa kamu temukan lewat situs seperti Togelin, yang juga mengulas topik-topik unik termasuk referensi budaya, teknologi, dan situs togel hongkong dengan pendekatan berbeda dari media mainstream.
Penutup
Tales of Arise bukan hanya game. Ia adalah refleksi tentang perjuangan, harapan, dan kemungkinan untuk menciptakan dunia yang lebih adil, bahkan jika dimulai dari dua kubu yang saling membenci.
Jika kamu penggemar JRPG yang mencari game dengan pertarungan cepat, narasi dalam, dan visual cantik—game ini pantas masuk dalam daftar wajib mainmu.
Baca Juga : Realisme Tempur dalam Tales of Glory VR